I Hate You but I Love You
oleh : Sefsafca Diana Hemas
Ini
cerita ku, cerita tentangku. Perkenalkan , namaku vika. Aku adalah seorang
murid baru, murid yang baru masuk ke SMA maksud aku. Dari sini lah ceritaku
dimulai. Aku baru mengenal mereka semua, orang-orang yang belum pernah aku
kenal sebelumnya. Mereka sangatlah asyik dan menyenangkan , tak kalah dengan
teman-teman ku dari SMP dulu.
Suatu
hari aku mengenal seorang cowok, cowok yang sangatlah menyebalkan. Aku
sangat-sangat membencinya karna dia selalu menggangguku. Dan parahnya dia
sekelas denganku. OMG… kenapa sih dia harus sekelas dengan ku. Haruskah aku
bertemu dengannya setiap hari. Itu adalah hal yang sangat menyebalkan dan
membosankan bagiku. Entah hal parah apalagi yang akan terjadi padaku setelah
ini.
Beberapa
hari telah berlalu, aku mulai terbiasa dengan sekolah baru ku. Akupun juga
telah terbiasa dengan teman-teman baru ku. Tapi baru saja mengenal mereka aku
sudah mendapat konflik, aku mulai tidak menyukai beberapa sifat temanku. Yang
tidak aku sukai dari temanku yaitu tidak setia kawan, mereka sering
meninggalkanku begitu saja. Mungkin mereka belum terbiasa denganku.
“cie-cie
yang ditinggal sama temannya, cie aduh kasihan” kata Riski si cowok menyebalkan
itu. Kenapa dia harus ada disini sih. Huh.
“
eh biarin dong. Yang penting gue punya temen dari pada loe gak punya temen. Huek”
balas ku dengan nada mengejek.
“gue???
Eh sorry hlo, gue punya banyak temen dong”
“ah,
masak sih? Sekarang mana coba temen loe?” hatiku mulai sangat jengkel
dengannya.
“nih
disini, yang lagi ngomong sama gue”
“ha???
Siapa? Gue??? Kalau gue gak mau???” aku pun langsung pergi tanpa mendengar
jawaban darinya.
Keesokan
harinya dia mulai berulah lagi. Pada saat jam istirahat, aku yang baru dari
kantin sedang melihat dia duduk dibangku ku. Kenapa selalu dia lagi sih, kapan
dia berubah baik padaku.
“minggir
dong, gue mau duduk disini” kataku dengan nada jutek.
“em…
tuh disitu ada kursi kosong” katanya sambil menujuk.
“apaan
sih, gue maunya disini”
“maaf,
kursinya sudah menempel denganku”
“iya-iya
okey, dasar nyebelin. Huh!” gerutuku sambil duduk di kursi lain.
Kenapa
sih dia begitu dengan ku, memperlakukan aku beda dengan yang lain. Bisakah dia
baik dengan ku? Kapan? Aku menjadi penasaran dengan dia. Aku menjadi ingin
mencari tahu tentang dia. Di kelas dia terlihat tidak semngat. Dia selalu
terlihat galau. Andai saja aku bisa menghiburnya. Tapi sepertinya tidak bisa,
aku sama dia kan seperti anjing dan kucing, gak bisa akur.
Aku
ingin mencoba hal baru disekolah baruku. Ingin mencoba lebih aktif disini. Aku
mencoba untuk menjadi panitia kemah.
Wow, ternyata tidak parah juga. Ini sangat mengasyikan, lebih dari yang
ku bayangkan. Ada kesan special pada waktu berkemah. Seperti terjadi sebuah
keajaiban. awalnya Aku sangatlah sibuk saat itu, hingga aku tak sempat
memikirkan diriku sendiri. Dan akhirnya aku jatuh sakit saat sedang berkemah.
Diruangan yang hanya ada aku seorang aku benar-benar merasakan kesepian. Tidak
ada Seorang teman yang menjenguk atau menemaniku. Tiba-tiba pintu terbuka, dan
ternyata dia, dia orang yang aku benci. Dia datang menemaniku.
“kelihatannya
kamu terlalu capek. Ni aku bawain makanan sama minuman. Pasti kamu belum makan
dari tadi pagi” katanya sambil datang menghampiriku.
“ouh,
emm… makasih. Aku memang belum makan. Kok kamu tau sih??” aku terheran sambil
menatap wajahnya.
“iya,
kamu terlihat sibuk tadi, liat tuh kamu sampai jatuh sakit begini” kata Riski
sambil memberikan makanan yang dibawanya.
“ah,
masak sih… eh., kok kamu tau? kamu perhatiin aku ya???” aku semakin penasaran
dengan dia.
“emmm,
udah ini makan dulu makanannya, biar cepat sembuh”
“oh,
emmm, makasih ya…” kataku sambil terus melihat Riski. sifatnya ini benar-benar
beda dengan dia yang sebelumnya. Dia sangatlah perhatian dengan ku, lebih
perhatiah daripada teman-temanku. Tapi aku bahagia setidaknya masih ada yang perhatian
denganku, walaupun itu hanya dia. Dan aku sangat senang sekali karna semenjak
itu aku menjadi akrab dengannya. Semenjak itu juga aku mulai mengenal siapa dia
sebenarnya, dan semenjak itu sepertinya aku mulai suka dengannya. Huft, tapi
sayang… dia sudah punya pacar. Pacarnya sih gak satu kelas dan gak satu sekolah
dengan ku, dengan begitu aku bisa bebas dekat dengannya.
Hari
demi hari berlalu, dan perasaan ku ini mulai berkembang dengannya. Aku sudah
meyakinkan diriku bahwa dia sudah punya yang lain, tapi hatiku tetap saja
memilih dia dan menginginkan dia. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta
padanya, cintaku padanya adalah cinta yang tulus. Dan aku sudah tidak bisa
memendam lagi perassaanku ini. Ingin ku katakana yang sejujurnya dengan dia,
apapun yang akan terjadi, aku akan siap menerima resiko itu.
Disaat
jam pulang sekolah, seperti biasa aku keluar gerbang bersama dengannya.
“ris”
kataku mempersiapkan mental.
“iya
vik? Ada apa? Eh pelajaran b.inggris tadi menyenangkan ya. Gurunya itu beda
dengan guru SMP” katanya sambil bercerita.
“iya
benar.. tapi ris…”
“tapi
apa? Matematika tadi? Oh iya,, menyebalkan sekali. Aku bener-bener gak mudeng
sama pelajarannya tadi”
“bukan,,
bukan itu. Tapi aku mau ngomong sama kamu.”
“eh,
mau ngomong apa??”
“em…
aku…. Aku… suka sama kamu.”
Deg-deg,Deg-deg.
jantungku berdebar dengan kencang. Tiba-tiba suasana menjadi sunyi senyap.
“kamu…
kamu beneran suka sama aku vik?”
“iya,,
maaf sebelumnya, aku tau kamu sudah punya dia, tapi aku gak bisa nahan
perasaanku ini. Menurutmu., kamu sama aku gimana ik?”
Dan
sebelum dia menjawab pertanyaanku, aku sudah dijemput. Tanpa mendengar jawaban
darinya aku langsung pergi begitu saja. Ah, kenapa jemputannya datang diwaktu
yang gak tepat. Padahal aku sudah menyatakan perasaanku itu, dan tinggal
mendengar jawaban darinya. Tapi tadi kenapa aku tinggal begitu saja? Uh, sangat
menyesal aku meninggalkan dia. Pasti besok aku salting sama dia. Pasti sifatnya
bakal berubah deh denganku. Uh.
Keesokan
harinya aku berusaha untuk menenangkan diri. Aku takut untuk bertemu dengannya.
Ya, apapun yang terjadi aku akan hadapi. Aku berusaha untuk memasuki kelas
dengan tenang, dan tiba-tiba disaat aku duduk… “hai vik, tumben agak cepat?”
ha??? Dia? Dia menyapaku? Riski menyapaku duluan. Oh senangnya hatiku. Tapi?
Kenapa sifat dia tidak berubah dengan ku? Setauku cowok kalau habis mendengar
akan seseorang yang suka dengan dia, dia langsung menghidar, apalagi dia.. dia
kan sudah punya pacar. Dia aneh. Dia beda dengan yang lain…
“hei???
Kok bengong sih vik?? Ada apa??”
“emm…
hehe gakpapa og ris J”
Riski,Riski,Riski.
Sekarang dipikiran ku hanya ada namamu, dan entah mengapa harus kamu yang aku
pilih. Cowok yang jelas-jelas sudah punya pacar. Malam itu dia sms aku. Katanya
terimakasih sudah jujur dengan perasaanmu
itu. Aku pun juga mendapat jawaban yang kemarin tak sempat ku dengar.
Katanya dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan ku, tapi itu perasaan yang
belum pasti, karena dia juga sayang sama pacarnya. Agar dia bisa memastikan
tentang perasaanya padaku, dia mengatakan ingin TTM-an sama aku, dia ingin
menjalin Hubungan Tanpa Status (HTS). Dia ingin melihat, bagaimana perkembangan
perasaanya itu padaku saat kita HTS. Karena tekad ku sudah bulat, jalan yang
aku tempuh ini jalan untuk menemukan hatimu, apapun rintangannya, hadapi! Tanpa
pikir panjang aku langsung menyetujui itu.
Hari
berikutnya tanpa teman-temanku tau akan hubunganku dan dia, aku dan dia lebih
sering berdua. Gandengan tangan , bercanda bersama, SMS’an sampai malam dengan
kata-kata sayang dan smile cium :* , telepon-teleponan, aku dan dia juga sering
mengatakan kata “I Love you”. Itu semua aku jalani dengan sembunyi-sembunyi,
tanpa teman-teman ku dan pacarnya tau. Kalau boleh aku mengelak dan meminta,
aku juga gak mau mencintai kamu dengan cara menyakitkan seperti ini. Tapi aku
capek juga dengan semua ini. Haruskah aku bersembunyi trus menerus? Apalagi
temanku satu kelas itu ada yang teman pacarnya Riski. Jadi saat aku sedang
terlihat berdua dengan Riski aku selalu merasa was-was jika ada dia.
Kenapa
disetiap aku bersamanya, hari terasa cepat berlalu. Rasanya baru kemarin aku
masuk sekolah ini, sekarang tak terasa satu semester tlah ku lalui. Dua minggu
libur sekolah dua minggu juga aku tak bisa bertemu dia. Rasanya berat karna
hari yang kujalani selama ini selalu dengannya kini harus ku jalani sendiri.
Beberapa hari liburan aku mendapat kabar dari dia. Katanya dia sudah putus
dengan pacarnya. Aku kaget. Aku shock. Hati ku campur aduk. Rasanya seneng,
sedih, semuanya dan itu menjadi satu. Aku langsung bertanya padanya “kenapa kamu putusin dia? Apa gara-gara
aku?”. Dia menjawab “gak, bukan karna
kamu. Mungkin ini memang saatnya untuk aku putus sama dia”. Aku lega
mendengar pernyataan itu, tapi aku masih bertanya-tanya “lalu bagaimana perasaanmu sama aku? Apakh udah jelas? Apakah udah
pasti? “. dia menjawab “belum, aku belum pasti akan perasaanku padamu. Hari
senin nanti kita ketemuan, aku mau pastiin tentang perasaanku ini”. Aku selalu
menyimpan pesan singkatnya itu. Aku akan menemuinya hari senin nanti. Senin
adalah hari penentuanku.
Sebelum
hari senin, ada yang aneh dengan dia. Dia mulai berubah dengan cepat padaku.
Sebeumnya, malam itu aku dan dia sedang bertelepon. Kita mesra-mesra’an sambil
mengucapkan kata I LOVE YOU. Paginya dia langsung berubah. Tanpa alasan yang
jelas dia marah denganku. Ada apa sih dengan dia, kenapa dia marah denganku.
Dan itu terulang berkali-kali. Aku selalu disia-siakan. Disetiap awal kita
sms’an, selalu aku dulu yang memulai, aku duluan yang sms dia. Begitu dengan
telepon, aku yang menelepon dia. Yang paling membuat hatiku sakit, saat kita
smsan, dia menghentikan sejenak dengan alasan dia ingin makan dulu, aku
hanyalah menunggu dan menunggu, dan setelah berjam-jam dia tidak menghubungiku.
Apa yang kau harapkan dari cinta yang lebih banyak pengabaian daripada
perhatian? Aku lelah dengan semua ini, aku merasa tidak dihargai. Aku telah
menunggu lama dia sampai berjam-jam tapi dia tidak merasa itu. Tapi aku tidak
bisa apa-apa, aku tidak bisa marah dengannya, aku tau dia orangnya pemarah, aku
tak akan memarahinya karna dia pasti akan marah balik. Aku sayang dengannya,
sayangku tulus dengannya, bahkan aku rela melakukan apapun semuanya untuk dia. Dear pemberi harapan palsu : masih tegakah
kamu membiarkan aku memperjuangkan ‘kita’ seorang diri?
Kalau
aku tidak sayang, aku gak mungkin terus memperjuangkan mu hingga lelah letih,
agar mampu mengetuk pintu hatimu. Aku terus memperhatikan dia dari jauh
walaupun aku tidak bertemu dengannya. Aku membuka semua akun yang dia miliki
untuk mengetahui semua tentang dia. Dan apa yang aku temukan? Aku kaget, aku
terkejut. Ternyata dia masih sayang pada pacarnya itu. Apa yang dia rasakan
tertulis pada akunnya itu. Apa yang telah terjadi, kalau begitu kenapa dia
mutusin pacarnya? Apa benar gara-gara aku? Aku tlah merusak hubungannya mereka.
Sepertinya dia juga tak bahagia bersama denganku. Mungkin inilah saatnya aku
untuk melepaskan dia. Percuma saja hubungan tanpa status ini aku jalani, toh
dia juga tetap sama saja, Riski hanya mencintai dia, bukan aku. Aku tidak ingin
melanjutkannya lagi. Aku sudah sakit dengan semua hubungan ini. Aku merasa tlah
dibohongi. Perjuanganku selama ini untuk dia sia-sia saja. Hari senin itu
sebelum dia memberi kepastian akan perasaannya selama ini, aku duluan yang
menyelesaikan semua ini.
“ris,
aku capek akan semua ini. Aku capek kamu sia-sia’in. aku mau udahin tentang
hubungan kita yang gak jelas ini. Aku juga sudah tau, kamu masih sayang dengan
mantan mu itu. Aku memang jahat. Merebut mu dari dia, tapi bukan itu maksud
aku, aku hanya ingin bersaing dengan sehat untuk mendapatkan kamu. Aku juga gak
minta allah buat suka sama kamu ” jelasku panjang lebar
“hlo
vik? Kamu tau dari mana semua itu? Maaf ya vik, bukan maksudku untuk nglakuin
semua ini sama kamu, tapi aku…”
“tapi
kenapa? Udah deh, aku terlalu sakit hati dengan dirimu. Aku gak perlu KATA-KATA
CINTA jika GAK TULUS DARI HATI. Makasih atas sakit yang kau beri"
Kenapa
dia seperti itu, ternyata dia hanya mempermainkan ku. Mencintai kamu adalah
kesalahan terindah dihidup aku. Kenapa? Karna aku mencintai hati yang memiliki
dua ruang. Dipanggil sayang tapi tak benar-benar disayangi. Jangan janji jika
tak mampu menepati, apalagi kalau urusan hati. Andai saja cintamu sekuat
cintaku ‘saling memperjuangkan’, Pasti membahagiakan *andai saja L *
. jika kau bahagia bersama dia, aku mencoba mengikhlaskanmu, dan mencoba
tersenyum melihat kebahagiaanmu. Mencintai berarti keikhlasan, walau telah
disakiti habis-habisan . Ajari aku untuk tetap bisa tersenyum saat hati aku
hancur, ajari aku tuk tetap bisa mencintai setelah hati aku disakiti.